CERPEN
Apa itu cerpen?
Kisahan pendek, kurang dari 1000 kata, memberikan kesan yang tunggal dan dominan, memusatkan diri dalam satu tokoh pada satu situasi.
Cerpen adalah sebuah cerita pendek yang mempunyai satu tema yang utama dan mengandungi 6 hingga 8 muka surat sahaja. Perjalanan watak berkembang dengan pantas dan penerangan cerita juga pendek dan padat. Tidak memerlukan sangat ayat yang panjang lebar. Cerpen mengandungi tema yang berbagai daripada soal cinta, ekonomi, politik, sosial dari kanak-kanak hinggalah berwadahkan tema yang lebih dewasa.
Bagaimana cara membuat cerpen yang baik?
Tak ada batasan yang pasti tentang tempat, tetapi cerpen yang baik hanya menggambarkan peristiwa di sebuah tempat, tidak menggambarkan peritiwa di tempat lain, meskipun keduanya saling berhubungan. Yaitu peristiwa yang dianggap menarik oleh penulisnya untuk disajikan kepada pembaca. Peristiwa itulah yang dijadikan sebagai inti cerita. Inti cerita itu kemudian dikembangkan lagi dengan gambaran lain sebagai pelengkap cerita itu.
Karena hanya menggambarkan inti cerita, maka jumlah pemeran pada sebuah cerpen hanya beberapa orang saja, tidak lebih dari lima orang, yaitu satu atau dua orang sebagai pemeran utama, sedang yang lain hanya sebagai pemeran pembantu. Kalaupun pemeran sampai rbuan orang, tetapi hanya disebut selintas, tidak detail. Misalnya, pemeran utama berorasi diantara rubuan mahasiswa di depan istana negara.
Waktu yang digambarkan dalam sebuah cerpen sangat singkat. Hanya beberapa jam atau beberapa hari saja. Jarang sekali cerpen yang menggambarkan sampai berbulan-bulan, apalagi sampai bertahun-tahun. Kalaupun ada, tetapi hanya disebutkan selintas, misalnya sebulan kemudian atau setahun kemudian. Tetapi cerpen itu tidak menggambarkan prilaku pemeran dalam tahun atau bulan tersebut.
Demikian juga dengan tempat kejadiannya. Tempat kejadian yang digambarkan dalam sebuah cerpen tidak banyak. Hanya beberapa tempat saja. Kalaupun disebutkan, tetapi hanya selintas. Misalnya pemeran utama berlari di sebuah jalan kecil yang dihimpit puluhan rumah, lalu menyebrangi sebuah jalan desa dan sebuah sungai kecil, hingga akhirnya masuk ke dalam sebuah gubug.
Bahasa dalam cerpen tergantung dari golongan pembaca. Untuk pembaca di Indonesia, tentu saja harus dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun seringkali bahasa dalam cerpen harus disesuaikan dengan trend. Maka timbulah istilah bahasa gaul. Bahasa yang tidak mencerminkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi itulah tuntutan. Yang pasti bahasa dalam cerpen harus dibuat singkat, padat dan jelas.